Selain dikenal sebagai dosen muda di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Dr. Alexander Patera Nugraha, drg., M.Imun., atau lebih akrab dengan sapaan drg. Sandro, juga dikenal sebagai peneliti terbaik di FKG UNAIR versi Google Scholar.
Berdasarkan penjelasannya, awal mula Ia meneliti tentu saja ketika berposisi sebagai akademisi, karena memang merupakan salah satu Tri Dharma perguruan tinggi, selain pengajaran dan pengabdian masyarakat. Kemudian, salah satu outcame dari penelitian tersebut adalah publikasi yang harus bisa diterima oleh khalayak ramai, bisa nasional ataupun internasional.
“Google Scholar sendiri merupakan database yang mencakup publikasi nasional atau internasional,” ucapnya.
Menurut Dr. Sandro, pilihan Lembaga Inovasi, Pengembangan Jurnal, Penerbitan dan Hak Kekayaan Intelektual (LIPJPHKI) UNAIR, dalam memilih Google Scholar sebagai muara publikasi jurnal dari peneliti UNAIR, merupakan pilihan yang tepat.
Posisi UNAIR yang sekarang fokus menuju World Class University (WCU), mewajibkan seluruh dosen untuk publikasi internasional, yaitu Scopus, yang dimulai mulai tahun 2017 hingga saat ini. Tentunya untuk meningkatkan rangking UNAIR di kancah internasional
“Oleh karena itu LIPJPHKI masih memilih Google Scholar sebagai muaranya, karena peneliti Indonesia masih banyak yang menggunakan itu. Begitulah salah satu tolak ukurnya,” jelasnya.
Namun, Dr. Sandro mengungkapkan bahwa dirinya memilih lebih fokus untuk publikasi internasional, karena menurutnya otomatis hasil penelitiannya akan lebih banyak dibaca atau disitasi, karena jangkauannya yang lebih luas daripada publikasi nasional.
“Beberapa penelitian saya ada yang terindeks Google Scholar, namun lebih banyak lainnya ke Scopus,” ungkapnya.
Beberapa hal yang bisa dijadikan indikator dalam memudahkan peneliti untuk publikasi jurnal internasional, yaitu kemampuan bahasa Inggris, kemampuan mengoperasikan alat-alat laboratorium, dan kemampuannya dalam mengoperasikan software-software terbaru yang bisa memudahkan peneliti dalam bekerja, meneliti, atau menulis hasil penelitian.
“Tiga hal itulah yang selama ini saya terapkan. Saya bisa menerapkannya lebih mudah, mungkin dikarenakan background saya dari sekolah swasta dan termasuk generasi milenial. Sehingga saya melek akan perkembangan teknologi dan kemampuan bahasa Inggris, dibanding generasi sebelum saya,” ujar wisudawan terbaik S3 FK UNAIR periode Maret 2021 itu.
Terakhir, Dr. Sandro mengungkapkan bahwa untuk di FKG UNAIR, menurutnya penelitian sudah baik, namun untuk akademisi yang membuka praktik, terkadang kurang bisa membagi waktu antara praktik dengan penelitian, sehingga jumlah penelitian belum bisa meningkat.
“Dan juga, kebanyakan hasil penelitian tidak segera dipublikasikan, hanya dibiarkan terdiam di meja kerja atau laci laboratorium. Padahal dalam penelitian kita harus aktual, kita tidak hanya berebut topik dengan peneliti satu kampus atau satu Indonesia, tapi sedunia. Jadi, siapa yang cepat dia yang dapat ibaratnya,” pungkasnya. (rgs)