Surabaya, fkg.unair – Penghargaan tertinggi bagi insan cendekia telah resmi disandang oleh Prof. Dr. Retno Indrawati Roestamadji, drg., M.Si. Menasbihkan diri sebagai Guru Besar bidang Ilmu Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga (UNAIR), Prof. Retno Indrawati menyampaikan orasi ilmiahnya pada Kamis (8/4/2021) di Aula Garuda Mukti, Kampus C UNAIR.
Dalam orasinya, Guru Besar sejak UNAIR berdiri ke-519 itu mengangkat judul utama Microbiome Who Are You yang menyoroti bagaimana pengaruh microbiome rongga mulut terhadap ibu hamil. Prof. Retno Indrawati menjelaskan bahwa microbiome manusia disebut juga genom kedua yang memainkan peranan penting dalam banyak aspek kesehatan dan penyakit.
“Kenapa disebut sebagai genom kedua karena sebenarnya manusia hanya mengekspresi sekitar 20 ribu gen tetapi sisa gen yang lain adalah ekspresi microbiome yang ada pada tubuh kita,” terang perempuan kelahiran Surabaya, 12 November 1959 tersebut.
Ia juga menimpali bahwa microbiome terdapat pada berbagai bagian tubuh dan jumlahnya sangat bervariasi tergantung pada individu. Perbedaan microbiome tersebut tergantung pada gaya hidup, diet, lingkungan, maupun apa yang mereka konsumsi ketika masih bayi.
Anak yang lahir normal, umumnya usus banyak mengandung bakteri Lactobacillus yang membuat bayi toleran pada ASI dan lainnya. Sedangkan pada anak lahir caesar banyak bakteri Sthaphylococcus dari lingkungannya yaitu dokter, perawat, atau ibunya. Bakteri Sthaphylococcus ini sayangnya tidak menguntungkan karena bersifat patogenik yang dapat menyebabkan obesitas dan alergi.
“Kelahiran caesar saat ini menjadi tren yang terkadang bukan karena indikasi, namun karena ingin mempunyai tanggal lahir bagus,” imbuhnya.
Prof. Retno Indrawati dalam penelitiannya menemukan peningkatan IL-22 (interleukin 22) yang signifikan pada kelompok ibu hamil trisemester tiga dengan karies gigi. Pada kelompok karies, variabilitas microbiome rongga menurun. Hal ini menunjukan pada karies terjadi ketidakseimbangan sehingga terjadi karies gigi.
“Pada kelompok karies microbiomenya, variasinya menurun, sementara yang tidak karies variabilitasnya normal dan itu menunjukan pada karies terjadi disbiosis atau ketidakseimbangan,” jelas Guru Besar FKG aktif ke-33 tersebut.
Selanjutnya, pada rongga mulut ibu hamil trisemester tiga dengan periodontitis dan tidak periodontitis terdapat perbedaan kadar IL-6 dan TNF-α. Peningkatan TNF-α tersebut perlu diwaspadai terjadinya preeklampsia.
“Maka dari itu ibu hamil harus sering memeriksakan kesehatan giginya ke dokter gigi. Jika dibiarkan akan berpotensi memicu periodontitis, kemudian rongga mulut menjadi jelek dan itu menjadi penyebab preeclampsia,” imbuh lulusan S2 Imunologi dan S3 Ilmu Kedokteran UNAIR itu.
Peningkatan risiko keguguran dan kelahiran bayi prematur juga harus diwaspadai karena tingginya konsentrasi IL-6 dan TNF-α pada ibu hamil trisemester tiga yang menggunakan alat ortho cekat. Penggunaan alat ortho cekat menyebabkan adanya microbiome rongga mulut jenis Abiothropia defective. Bakteri tersebut turut berperan dalam terjadinya bacterial endocarditis dengan kerusakan katup dan gagal jantung.
“Ibu hamil diperbolehkan menggunakan alat ortho cekat tapi harus terkontrol kebersihan dari alat ortho cekat tersebut. Supaya tidak terjadi peningkatan interleukin 6 dan TNF-α,” jelas Guru Besar UNAIR PTN-BH ke-227 tersebut.
Pada akhir orasinya, Prof. Retno Indrawati juga menjelaskan bahwa penelitian microbiome dapat dilakukan secara multidisipliner. “Saya berharap penelitian ini akan membuka jalan baru bagi diagnostik dan terapeutik barbasis microbiome yang memanfatkan aksesibilitas rongga mulut untuk pemantauan dan manipulasi microbiome,” tandasnya.(int/utk)