Surabaya, fkg.unair – Program International Dental Course (IDC) menjadi salah satu program unggulan yang merupakan buah kerja sama dari Universitas Airlangga Surabaya dengan Hiroshima University, Jepang. Melalui IDC, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UNAIR berkesempatan menimba ilmu kedokteran gigi di Jepang tanpa dipungut biaya bahkan mendapat beasiswa berupa tunjangan hidup selama menempuh pendidikan di Jepang.
Dengan beragam privilese tersebut, wajar bila hampir seluruh mahasiswa FKG UNAIR mendambakan namanya tercatat sebagai peserta program IDC. Secara umum program IDC mengambil tiga mahasiswa yang lolos seleksi di satu angkatan. Tiga mahasiswa tersebut mendapatkan fasilitas yang berbeda. Di peringkat pertama akan mendapatkan beasiswa pendidikan sekaligus beasiswa hidup di Jepang. Kemudian peringkat kedua hanya mendapatkan beasiswa pendidikan saja. Sedangkan peringkat ketiga, berkesempatan mengikuti program IDC dengan biaya mandiri.
Untuk bisa mendapatkan peringkat pertama, Akromuna Ishmah, mahasiswi FKG UNAIR yang mendapatkan beasiswa penuh program IDC tahun 2019 membagikan tips dari pengalamannya. Menurut Ishmah, hal pertama yang harus di lakukan oleh para mahasiswa pembidik beasiswa IDC adalah menjaga IPKnya tetap berada di atas angka 3,75.
“Semula akan diseleksi secara administratif. Dari seluruh mahasiswa satu angkatan akan diambil 15 orang terbaik. Kemudian mengerucut menjadi 6 orang melalui psikotes. Setelahnya diadakan tes wawancara dengan menghasilkan 3 mahasiswa di peringkat 1,2, dan 3,” ujarnya.
Persiapan sedari awal sangat berguna bagi para mahasiswa yang ingin mengikuti program IDC. Selain mempersiapkan untuk lolos tes seleksi, hal yang tak kalah penting untuk dipersiapkan adalah kemampuan berbahasa jepang. Bagaimanapun para mahasiswa IDC merupakan tamu di Hiroshima University. Memiliki kemampuan berbahasa Jepang sangat berguna untuk komunikasi dengan dosen maupun teman mahasiswa di Jepang.
Selain Ishma, Hayyu Norma Almira, mahasiswi FKG UNAIR yang mendapatkan beasiswa penuh program IDC tahun 2018 juga turut memberikan tips hidup sebagai mahasiswa Indonesia di Jepang. Salah satunya ialah kemampuan untuk hidup mandiri. Menurutnya, biaya hidup di Jepang sangat berbeda dengan di Indonesia.
“Untuk makan di kantin saja, biayanya kisaran 700 yen atau sekitar Rp 100.000. Ini kalau di rumah makan bisa lebih mahal lagi,” ujarnya.
Baik Hayyu maupun Ishma keduanya sama-sama bekerja paruh waktu sembari berkuliah di Hiroshima University untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama di Jepang. Meskipun menerima beasiswa tunjangan hidup, namun besaran beasiswa tersebut terlalu mepet. Oleh karena itu, agar tidak membebani kedua orang tuanya di Indonesia, mereka memutuskan untuk bekerja paruh waktu.
“Saya juga bergabung dengan PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) di Jepang. Selain untuk berorganisasi, bergabung dengan PPI bisa memberi kita rasa aman dan membuat kita tidak merasa sendirian sebagai mahasiswa Indonesia di jepang,” ujarnya.
Itulah tips bagi kalian yang ingin mengikuti program IDC. Sudah sejauh mana persiapan kalian?