Surabaya, fkg.unair – Tak lama lagi Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga (UNAIR) akan membuka program sub spesialis Ortognatik & Osteodistraksi. Hal tersebut telah didiskusikan dalam rapat konsorsium yang dihadiri oleh dekan FKG seluruh Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI) pada Minggu (5/2/2023) kemarin.
Dr. Indra Mulyawan, drg., MMRS., Sp.BM(K)., FICS turut hadir dalam konsorsium. Dosen FKG UNAIR itu mengatakan, terpilih enam perguruan tinggi yang bakal memimpin pendidikan subspesialis pertama di Indonesia. Di antaranya yakni Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Hasanuddin (Unhas), dan UNAIR.
Lebih detail, sambungnya, UNAIR dengan sub spesialis Ortognatik & Osteodistraksi. UI dengan sub spesialis Trauma Maksilofasial & Kelainan Temporomandibular Joint Disorder. Sedangkan Unpad dengan Celah Oral & Maksilofasial. Disusul UGM dengan Pediatrik Oral & Maksilofasial. “Ini adalah pendidikan subspesialis kedokteran gigi pertama di Indonesia. Kita rancang nanti perkembangan program studinya akan bertahap,” ujar drg Indra.
Targetnya tahun2024 program tersebut sudah mulai berjalan. Dalam waktu dekat, kata drg Indra, pihak terlibat akan fokus menggarap SK Kolegium dan Kementerian Kesehatan.
Pembentukan konsorsium yang diinisiasi oleh Dekan FKG UNAIR Dr. Agung Sosiawan drg., M.Kes. sendiri merupakan upaya mengejar ketinggalan. Seperti dipaparkan drg Indra, penyebaran dokter gigi subspesialis belum merata. Ditambah lagi rasio jumlah penduduk dengan dokter saat ini belum proporsional.
Urgensi pembentukan program subspesialis tersebut juga tertuang dalam amanat Undang-Undang No 105 tahun 2021 Tentang Program Kedokteran Gigi Subspesialis. Setelah terbitnya UU tersebut, ujar drg Indra, Kolegium Bedah Mulut dan Maksilofasial (BMM) menerbitkan, menyusun, dan mengangkat sejumlah konsultan di seluruh Indonesia dalam rangka percepatan pendirian program.
“Kita sadar, belum semua siap dari segi sumber daya manusia. Penyelenggaraan program subspesialis ini minimal harus ada lima konsultan. Sedangkan kita sendiri masih kurang. Ini yang masih kita diskusikan,” tambahnya.
Dari hasil pertemuan kemarin telah disepakati jumlah dan sebaran senter pendidikan yang layak untuk menyelenggarakan program subspesialis. Selanjutnya, konsorsium akan mengeluarkan rekomendasi kepada kolegium terkait teknis dan regulasi pendirian program tersebut.
“Ke depan akan ada sharing sumber daya terkait dosen. Dari konsorsium menyepakati bahwa masing-masing senter pendidikan dapat menyelenggarakan lebih dari satu subspesialis,” pungkas drg Indra.