Surabaya, fkg.unair – Dentistry Webinar (Dentinar) usai digelar pada Sabtu (10/7/2021). Webinar yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga (UNAIR) itu berusaha mengupas tuntas masalah karang gigi dan gigi goyang yang sering menjadi masalah utama pada gigi masyarakat Indonesia.
Dalam materi pembuka, hadir drg. Aulia Yudha Prawira, Sp.Perio membawakan materi bertajuk ‘Cara Praktis Atasi Plak dan Karang Gigi’. Dokter gigi spesialis lulusan Universitas Indonesia tersebut menjelaskan bahwa 97,2 persen orang Indonesia membutuhkan tindakan scaling gigi.
Padahal, karang gigi bukanlah masalah yang sepele. drg. Aulia menyebut karang gigi memiliki sifat yang hampir sama dengan benalu. “Karang gigi yang dibiarkan bisa terus membesar dan mengeras karena mereka tumbuh dengan menggerus tulang alveolar. Makanya karang gigi ini dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya,” tuturnya.
Karang gigi sendiri memang bisa menjadi penyebab dari banyak masalah gigi, seperti gigi berdarah, gigi goyang, periodontitis, radang gusi, dan masalah lainnya. Untuk mengatasinya pun, pasien harus menjalani scaling karena karang gigi tidak akan lepas hanya melalui sikat gigi maupun obat kumur.
Selain drg. Aulia, acara yang dihadiri oleh 70 peserta tersebut juga mendatangkan pemateri Dosen Pembimbing Kemahasiswaan dari Departemen Periodonsia FKG UNAIR drg. I Komang Evan Wijaksana, drg., Sp.Perio. Dalam kesempatannya, drg. Evan membagikan materi berjudul ‘Gigi Goyang Pertahankan atau Cabut?’.
Menurutnya, tidak semua gigi goyang harus melalui prosedur pencabutan. Namun harus diingat bahwa kondisi tersebut menjadi pertanda rongga mulut tengah mengalami masalah. “Mulut itu jendela dari kesehatan kita secara menyeluruh,” imbuhnya.
Gigi goyang sendiri dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti karies (gigi berlubang), periodontitis, indikasi prostetik, endodontic lesion, hingga kegagalan perawatan gigi. Dari beberapa faktor tersebut, karies gigi menjadi penyebab terbanyak dengan 52,2 persen kasus.
Faktor yang meningkatkan kegoyangan gigi pun ada berbagai macam, mulai dari kehilangan penyangga gigi, benturan atau trauma, perluasan keradangan, tindakan bedah penyangga gigi, hormonal, hingga kondisi medis lainnya.
Maka untuk menentukan perlukah gigi dicabut atau tidak, perlu dilakukan beberapa evaluasi seperti evaluasi sebab, tingkat keparahan, prognosa, serta penyesuaian rencana perawatan. Sementara untuk mengatasi gigi goyang, terdapat empat fase utama, yakni fase non-bedah, bedah, restorasi, dan maintenance.
Namun dari berbagai treatment tersebut, drg. Evan maupun drg. Aulia sendiri sama-sama mengimbau agar masyarakat Indonesia mulai melakukan langkah pencegahan dengan sikat gigi minimal dua kali sehari serta rutin cek ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali.
Webinar yang diadakan secara daring itu sendiri turut ditujukan untuk membuka donasi dari masyarakat umum. Donasi yang terkumpul hingga akhir acara kurang lebih senilai 3 juta rupiah dan nantinya akan ditujukan untuk pembagian sembako dan dental kit bagi masyarakat membutuhkan di sekitar Surabaya.
Terbuka secara umum, penyelenggaraan webinar dan donasi itupun menjadi salah satu bentuk komitmen FKG UNAIR untuk mengimplementasikan sustainable development goals (SDGs), khususnya dalam gelaran ini yang berkontribusi pada upaya mengakhiri kelaparan, mendorong pendidikan yang bermutu, serta meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.(int)